English Indonesian

Menjamu Benua

Dalam pelaksanaan Upacara Erau Adat Kutai, yaitu empat hari menjelang dilaksanakannya Erau Adat Kutai and Internasional Folk Art Festival ( EIFAF ), Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura telah menggelar ritual "Menjamu Benua" di beberapa titik kota Tenggarong. Menjamu Benua dilakukan untuk memohon keselamatan selama Upacara Erau Adat Kutai dan Event EIFAF berlangsung, keselamatan sultan, kerabat, masyarakat Kutai Kartanegara dan wisatawan yang berkunjung ke Tenggarong.

Makna upacara menjamu benua adalah memberi makan kepada para gaib yang mendiami wilayah Kutai Kartanegara. Sekaligus untuk memohon kepada Tuhan yang Maha Esa agar supaya sultan dan kerabatnya diberikan keselamatan, demikian juga masyarakat Kutai Kartanegara atau orang yang berkunjung ke Tenggarong. Ritual ini untuk memberi makan gaib yang tinggal di Odah Etam ini, Sekaligus memberitahukan kepada gaib tersebut bahwa erau akan dilaksanakan.

Sebelum ritual Menjamu Benua dimulai, para pelaksana yang terdiri dari 7 orang Belian (ahli mantra laki) dan 9 orang Dewa (ahli mantra perempuan) berangkat dari depan keraton diiringi penabuh gamelan dan gendang serta perlengkapan persembahan berupa 21 jenis kue - kue tradisional, Perapen dan pakaian Sultan, rombongan memasang bendera ( panji - panji ) berwarna kuning dengan lima rumbai di sebelah kiri dan bendera hijau bermotif / gambar naga di sebelah kanan menuju rumah sultan, menemui Sultan Kutai Kartanegara dikediamannya untuk meminta restu. Sultan pun memberi restu dengan menghambur beras kuning ke arah pelaksana itu. Sultan juga menyerahkan pakaian sehari-harinya berupa selembar baju, sepotong celana panjang, kopiah untuk dibawa dan disertakan dalam ritual menjamu benua. Setelah dilepas oleh sultan, rombongan yang terdiri dari beberapa Belian dan Dewa dengan diiringi tetabuhan alat musik tradisional bergerak maju ke tiga (3) titik di Kota Tenggarong yaitu Tanah Habang Mangkurawang yang disebut Kepala Benua, kemudian depan Museum Mulawarman yang disebut Tengah Benua, dan terakhir di sebelah hilir Jembatan Kutai Kartanegara disebut sebagai Buntut Benua.

Di tiga lokasi Menjamu Benua disediakan semacam balai utama berbentuk kerucut dengan atasnya dasar segi empat yang terbuat dari bambu dan rangkaian janur kuning untuk menaruh sesajian. Pimpinan Belian ini kemudian membacakan mantra-mantra sambil sesekali menghamburkan beras kuning kearah Balai Bambu yang berisi berbagai macam jajanan tradisional diantaranya ada kue cucur, pulut (ketan), bubur merah, telur rebus, ayam bakar dan aneka kue tradisional lainya.


  • CIOFF
  • TIFAF
  • Pemerintah
    Kabupaten Kutai Kartanegara
  • Flag Counter