English Indonesian

Bepelas

Prosesi ritual Bepelas ialah Upacara sakral yang wajib dilaksanakan dan dilakukan langsung oleh Sultan Kutai Kartanegara yang disaksikan para kerabat kesultanan dan para undangan seperti forum koordinasi pemerintah daerah serta dari delegasi luar negeri yang masing-masing bergantian mengikuti ritual Bepelas setiap harinya.

Selesai merangin oleh dewa dan belian di serapo belian langsung menuju keratin/istana dan berputar-putar tujuh kali di area bepelas, kemudian duduk bersila sejajar, dewa sebelah kanan dan dewa sebelah kiri dengan di pimpin oleh oleh pawang menghaturkan sembah hormat. Ritual Bepelas diawali dengan pembacaan mantra oleh seorang dewa, mantra tersebut di maksudkan untuk menjaga dan menambah kewibawaan sultan, kemudian di lanjutkan tari-tarian oleh para Dewa sambil mengitari Ayu dan kemudian diikuti oleh anggota kerabat kesultanan dan undangan yang hadir bersama-sama menari tarian Ganjur.

Tarian Ganjur ini adalah tarian sakral yang dilaksanakan dengan maksud untuk menjaga dan melindungi jalannya proses acara Bepelas dari perbuatan roh-roh jahat supaya tidak mengganggu. Setelah tari-tarian disuguhkan, Sultan Kutai Kartanegara dijemput untuk memulai pelaksanaan ritual Bepelas.

Seorang Pimpinan Belian terlebih dahulu membaca mantra-mantra yang diiringi gamelan-gamelan yang terus mengalun membawakan tembang ireng-ireng. Ketika gong besar dibunyikan, Sultan kemudian meniti tapak kanan yang didahului dengan menginjak sebuah batu pijakan, tangan kanan Sultan memegang rentangan Tali Juwita, sementara tangan kiri memegang rentangan Kain Cinde. Sultan pun menuju Ayu yang teah berdiri tepat didepan gong Raden Galuh, Sultan kemudian berhenti sejenak untuk dipelas oleh seorang pawang yang disebut Belian. Bersamaan dengan bersentuhnya kaki kanan Sultan pada gong Raden Galuh, maka terdengar suara ledakan yang keras dari arah dermaga yang berada tepat didepan Keraton (Museum Mulawarman), jumlah ledakan pada malam pertama terdengar satu kali, dan malam kedua terdengar dua kali ledakan dan seterusnya kecuali malam jum'at tidak ada prosesi Bepelas, setelah Belian membacakan mantra-matra, Sultan berbalik kebelakang dengan tangan kanan memegang Kain Cinde dan tangan kiri memegang Tali Juwita.

Usai prosesi Bepelas, Sultan pun kembali memasuki ruangan dalam istana untuk bersantap malam, sementara tari-tarian pun kembali dilakukan para kerabat kesultanan Kutai lainnya, serta ditandai dengan mengambil Air Tuli dari tepian Mahakam (pelabuhan) didepan Keraton (Museum Mulawaman).


  • CIOFF
  • TIFAF
  • Pemerintah
    Kabupaten Kutai Kartanegara
  • Flag Counter