English Indonesian

Beluluh

Dalam pelaksanaan Erau Adat Kutai and Internasional Folk Art Festival (EIFAF), Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura sudah menggelar Upacara Ritual "Beluluh" yang berlangsung dengan tertib dan khidmat.

Dalam Upacara Ritual Beluluh yang dilakukan seorang Belian terhadap Raja/Sultan/Putra Mahkota berperan mengucapkan doa memohon kepada yang maha kuasa guna membersihkan diri dari unsur-unsur jahat, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, maka akan diluluhkan di atas buluh/bambu dan sebagai pertanda dimulainya pelaksanaan Erau Adat Kutai. Upacara Ritual Beluluh dilaksanakan pada permulaan sebelum Erau Adat Kutai yang dilakukan setiap sore hari selama Erau berlangsung.

Upacara Ritual Beluluh sendiri terdiri dari Beluluh Sultan, Beluluh Aji Begorok, dan Beluluh Aji Rangga Titi. Upacara diawali oleh Sultan/Raja/Putra Mahkota duduk sejenak di tilam Kasturi kemudian bangkit menuju Balai atau tempat duduk mirip kursi setinggi tiga tingkat yang dibuat dari bambu kuning bertiang 41 buah yang berada diatas tambak karang melalui Molo/guci kuningan yang berhias bunga/mayang kelapa dan mayang pinang yang terdapat di sebelah kiri dan kanannya. Sesampainya di depan balai, Sultan menaiki balai dan duduk di tingkat ketiga persis di bawah hiasan daun beringin dan di belakangnya terdapat Balai Persembahan, sedangkan sebelah kiri dan kanan di pagari oleh Pangkon Dalam 7 bini 7 laki dan belian serta di setiap sudut terdapat Penduduk.

Demong mengatur Dewa Laki be mamang (prosesi ritual) dan Dewa Bini menghidupkan prapen. Sultan di tutupi Kirab Tuhing diatas kepala di bawah daun beringin oleh dua orang pembantu di sebelah kanan dan dua orang di sebelah kiri. Kirab Tuhing di balik sebanyak tiga kali dan di jatuhkan beras kuning kebelakang. Sejenak kemudian Dewa Laki dan Dewa Bini bangkit dari duduknya dan berdiri menghadap Sultan untuk memberi Tepong Tawar dengan air cindera mata dan air kembang di bagian telapak tangan kanan, telapak tangan kiri, lutut kanan, lutut kiri, betis kanan,betis kiri dan sebagian ke muka. Setelah itu baru turun dari balai untuk di sapukan mencari salah seorang petinggi setempat guna melaksanakan Ketikai Lepas. Sultan berdoa bersama sambil beristirahat, pembantu dewa bergeser berjalan duduk sambil membawa air bunga dalam wadah untuk tepong tawar sekalian yang hadir dan dalam prosesi ini di ruangan memainkan musik gamelan salaseh atau marandowo.

Setelah sultan menjalani beluluh, giliran Putra Mahkota Kesultanan Kutai menjalani ritual Beluluh. Apabila sultan telah melakukan Beluluh, maka Sultan tidak boleh menginjakan tanah atau Betuhing sampai berakhirnya perayaan erau yang ditandai dengan belimbur.


  • CIOFF
  • TIFAF
  • Pemerintah
    Kabupaten Kutai Kartanegara
  • Flag Counter